Gereja Katolik Paroki St Antonius Padua, Bidaracina
Sebagaimana biasanya, misa pukul 10.00 adalah jam misa favorit umat Paroki Bidaracina. Maka, sudah bisa dipastikan, umat pada Misa Minggu Palma pukul 10.00 ini cukup membeludak. Namun, syukurlah, umat yang berdiri di depan Ballroom Vitri dan depan SD St. Antonius untuk mengikuti perarakan menuruti arahan petugas Tata Laksana dan Panitia dengan tertib.
Meskipun suasana saat perarakan cukup padat dan matahari bersinar terik, umat tetap antusias dan khidmat mendengarkan bacaan Injil dan homili singkat yang disampaikan Romo Antonius Heruyono, SCJ. Dalam misa ini, Romo Heru sebagai selebran utama didampingi konselebran Romo Cornelius Dwijo Sukarno, SCJ.
Dalam homili singkat sebelum perarakan, Romo Heru mengajak umat semakin mencintai Tuhan dengan segala kerendahan hati. “Teladan kerendahan hati yang ditunjukkan Yesus kiranya menjadi sumber kekuatan kita,” ucapnya, seraya mengajak, “Mari kita mencontoh khalayak ramai Yerusalem yang mengelu-elukan Yesus ketika memasuki Yerusalem.”
Ketika perarakan Romo dan petugas liturgi mulai bergerak menuju gereja, umat serentak mengikuti sambil melambai-lambaikan daun palma dan turut bernyanyi bersama tim paduan suara. Umat yang cukup banyak ini tersebar di dalam gereja, GHKY Lantai 4, Lantai 2, dan Selasar, hingga duduk dengan bangku tambahan di luar (depan pintu tengah gereja).
Dalam homilinya, Romo Heru mengatakan, palma adalah simbol dimulainya sebuah nubuat tentang penyelamatan manusia. Beliau mengajak umat merenungkan, betapa Yesus yang pada pembukaan liturgi disambut dan dielu-elukan sebagai Raja, pada akhirnya ditinggalkan banyak orang, bahkan semua orang, kecuali Bunda Maria yang setia menemani-Nya sampai akhir hidup-Nya. Maka, memasuki Pekan Suci ini, kita diajak menghayati, bagaimana Tuhan dengan sekuat tenaga telah mencintai kita demi keselamatan kita.
Romo Herus juga mengingatkan kembali—seperti homilinya pada Misa Sabtu Palma—untuk bersikap seperti Pilatus ketika Pilatus ada bersama Yesus. Ketika itu, Pilatus menyatakan sikapnya bahwa dia tidak menemukan kesalahan apa pun dalam diri Yesus. Artinya, ketika bersama Yesus hatinya tetap sehat, suara hatinya tetap jernih, keputusannya tetap bijaksana.
Pada akhir homili, Romo Heru menegaskan, “Maka, jangan pernah meninggalkan Yesus supaya hati, pikiran, keputusan, dan tindakan apa pun yang kita ambil tetap jernih.” Sikap ini perlu kita miliki, terutama dalam keseharian kita, agar kita tidak mudah terombang-ambing dan selalu bisa mengambil keputusan yang tepat.
Peliput: Vero B.V., Jessica (Tim Komsos)
Tue Apr 29 2025 - webmaster