Gereja Katolik Paroki St Antonius Padua, Bidaracina
Semangat sukacita Paskah sangat terlihat pada anak-anak yang duduk menanti dimulainya misa dengan wajah gembira. Misa Paskah Anak ini dilaksanakan pada pukul 10.00 WIB, dipimpin oleh Romo Vincentius Sri Herimanto, SCJ dan dimeriahkan dengan koor oleh anak-anak BIA dan BIR. Misa ini menjadi istimewa karena semua petugas liturginya adalah anak-anak—tentunya tidak termasuk prodiakon, tata laksana, panitia, dan Tim Komsos.
Misa dibuka dengan tarian oleh anak-anak yang berpakaian adat Batak diiringi lagu “Arbab”. Dalam pengantar pembuka misa, Romo Vin mengucapkan selamat Paskah kepada anak-anak, juga menyapa umat yang menempati Gedung Hati Kudus Yesus dan Selasar SD St. Vincentius.
Romo Vin melanjutkan dengan Doa Pembuka, kemudian Bacaan I dan II oleh lektor. Bacaan Injil hari ini menyampaikan tentang Yesus yang sudah bangkit. Dalam Injil disampaikan bahwa Maria Magdalena melihat makam Yesus telah kosong. Hal ini menandai bahwa sesuai yang telah dinubuatkan ia telah bangkit, dosa kita telah ditebus dan hidup kita sudah diperbarui. Oleh karena itu, marilah kita saling membuka diri dan berbagi kasih dengan sesama.
Untuk bisa mengasihi sesama, kita terlebih dahulu perlu membuka hati dan menganggap orang lain sebagai saudara. Makna inilah yang ingin disampaikan kepada anak-anak, tentang pentingnya menerapkan kasih kepada sesama sejak dini. Pesan ini coba disampaikan melalui sebuah drama sederhana yang dimainkan oleh anak-anak BIA dan BIR. Drama berjudul “Kasih Paskah” ini mencoba memvisualisasikan tema Arah Dasar (Ardas) KAJ 2025, yaitu “Kepedulian Lebih kepada Saudara yang Lemah dan Miskin” dalam kehidupan nyata anak-anak.
Drama ini bercerita tentang tiga sahabat bernama Rina, Budi, dan Doni. Pada saat istirahat sekolah, Doni merebut getuk yang sedang dimakan Rina lalu membuangnya. Doni malah memamerkan bekalnya yang enak-enak dan mahal. Justru Pak Joko, penjaga sekolah, yang harus membersihkan kue yang dibuang Doni. Karena kasihan, Budi membagi bekalnya untuk Pak Joko. Siangnya, sepulang sekolah, Doni terjatuh dan ditolong oleh Pak Joko. Sampai di rumah, Rina dan Budi menceritakan peristiwa tadi kepada sang ibu. Ibu memuji mereka karena tidak marah kepada Doni dan mau berbagi dengan Pak Joko. Selanjutnya, Doni sampai di rumah diantar Pak Joko. Doni menyesal dan meminta maaf kepada Pak Joko dan teman-temannya. Peristiwa ini menjadi pembelajaran bagi Doni untuk tidak berbuat nakal lagi kepada orang lain dan mau berbagi. Ibu Rina berpesan bahwa kita memang harus menunjukkan kepedulian kita kepada sesama yang membutuhkan. “Bagaimana caranya, ya, Bu?” tanya anak-anak serentak.
Nah, bagaimana caranya peduli kepada saudara kita yang lemah dan miskin? Pertanyaan ini dijawab Romo Vin dengan suatu kisah mengharukan tentang seorang anak kecil di Spanyol bernama Pedro yang mencari uang dengan membersihkan kaca mobil di jalan. Suatu kali ada mobil mewah berhenti di lampu merah. Saat Pedro mendekati mobil itu dengan kain lapnya, tiba-tiba kacanya terbuka, lalu seorang anak menyapanya. Anak itu namanya Gregorio, panggilannya Goyo. Goyo memberi Pedro mainan mobil-mobilannya. Pedro memainkannya di jalanan, di samping mobil itu. Goyo memanggil Pedro lalu memberinya mobil-mobilan yang lebih besar. Sebelum lampu merah berganti hijau, Pedro hendak mengembalikannya. Namun, Goyo menolak dan memberikannya buat Pedro saja karena ia suka berbagi. Pedro segera lari ke pinggir jalan, mengambil kerupuk miliknya, lalu membaginya kepada Goyo. Goyo membuka kantong kerupuk itu dan mengajak Pedro makan bersama. Tak lama, mobil mulai bergerak lagi dan keduanya pun saling melambaikan tangan.
Apa yang diceritakan Romo Vin ini ternyata ada videonya. Romo Vin meminta kakak-kakak Komsos menayangkannya di layar. Usai video singkat itu, Romo Vin memberikan jawaban atas pertanyaan tadi, bagaimana caranya peduli kepada sesama: “Karena Pedro dianggap saudara oleh Goyo. Mereka saling berbagi dan peduli. Kita bisa peduli kalau kita punya kesadaran bahwa mereka saudara kita. Apa yang mereka alami dan rasakan juga kita alami dan rasakan. Itulah yang disebut bela rasa. Jadi, cara untuk peduli orang yang lemah dan miskin adalah dengan menganggap mereka saudara dan saudari kita.”
Dari cerita ini, Romo ingin mengambarkan kasih yang secara sederhana bisa kita lakukan dimulai dari menyapa dan membuka diri kepada orang lain seperti saudara kita sendiri. Dengan langkah kecil ini, bukannya tidak mungkin kasih dapat dibangun dan dirasakan dengan sangat mudah di dalam hati kita.
Setelah homili, diadakan pembaruan janji baptis dan pemercikan air suci. Usai doa umat yang dibacakan anak-anak BIA-BIR yang berpakaian daerah, empat orang anak menari diiringi lagu persembahan, yang kali ini bernuansa Betawi.
Seusai misa, Panitia sudah siap di luar pintu tengah gereja untuk membagikan goodie bag kepada anak-anak. Mereka diminta berbaris rapi mengikuti batas tali yang dipasang panitia. Bingkisan itu membuat keceriaan anak-anak semakin bertambah.
Ada lagi satu hal baru yang menarik dari Paskah Anak kali ini. Tim Komsos menawarkan ‘jasa’ “Foto langsung cetak gratis untuk anak-anak manis – Persembahan kakak-kakak Komsos yang baik hatinya”. Jadi, anak-anak (atau bersama orang tua) yang ingin difoto, difotokan oleh kakak Komsos di depan Porta Sancta sebelum misa. Foto-foto itu bisa diambil di meja panitia seusai misa dengan tanda terima kasih yang besarnya sukarela atau seikhlasnya. Kamu ikutan berfoto juga, nggak?
Peliput: Vero B.V. dan Jessica (Tim Komsos)
Tue Apr 29 2025 - webmaster