Gereja Katolik Paroki St Antonius Padua, Bidaracina
Ibadat Jumat Agung kedua dilaksanakan pada pukul 15.00 WIB, dengan selebran utama Rm. Vincentius Sri Herimanto, SCJ dan konselebran Rm. Antonius Yuswito, SCJ. Umat hampir memenuhi seluruh tempat dalam Gereja, Selasar GHKY, juga Vincentius Putri (Vitri) Ballroom Lantai 1 dan 2. Meski hari ini hujan turun dengan intensitas sedang, tidak menjadi penghalang bagi umat untuk tetap datang mengikuti Ibadat Jumat Agung. Ini terlihat dari banyaknya umat yang terus berdatangan, bahkan sampai ibadat dimulai. Petugas liturgi sigap membantu umat mencari tempat duduk. Jadi, meskipun umat berdesakan dan sempat berebut tempat duduk, mereka mau mengikuti arahan petugas dengan tertib.
Suasana selama ibadat sangat hikmat, meski tidak semeriah ibadat biasanya. Momen ini menjadi sangat istimewa berkat makna yang terkandung di dalamnya. Ibadat Jumat Agung adalah perayaan agung dalam kalender liturgi, sebagai bentuk penghormatan dan momen untuk merenungkan penderitaan Yesus Kristus yang mengalami penyaliban sebelum bangkit dengan mulia pada hari Paskah.
Perarakan dimulai dari Sakristi menuju Pintu Utama Gereja. Suasana awal ibadat terasa senyap, apalagi ketika Romo Vin dan Romo Yuswito tiarap di depan altar, diikuti dengan penghormatan oleh petugas liturgi dan seluruh umat. Bacaan pertama dan kedua hari ini mengarah pada nubuat tetang Yesus, putra Allah yang rela menderita dan mati demi menebus dosa banyak orang. Ia tidak bersalah, tetapi dengan sabar menanggung semua dosa demi menyelamatkan umat manusia.
Pada Jumat Agung, Tuhan merelakan Putra-Nya, Yesus Kristus, untuk menanggung seluruh dosa manusia dengan wafat di kayu salib. Oleh karena itu, Jumat Agung menjadi sangat bermakna dan perlu dirayakan bukan dengan kesedihan melainkan dengan sukacita. Bukan sukacita dalam kemeriahan tetapi sebaliknya kebebebasan dari dosa yang telah ditebus oleh Yesus untuk kita manusia. Sukacita ini ditandai dengan penggunaan warna merah sebagai warna liturgi. Warna merah mencerminkan kasih yang rela berkorban, yang ditunjukkan langsung kepada Yesus yang wafat di salib demi keselamatan umat manusia.
Perjuangan Yesus melalui penderitaan-Nya ini diperdalam lagi dengan penyampaian passio dari Injil Yohanes. Setelah itu, Romo Vin menyampaikan khotbah singkat sebelum upacara penghormatan salib.
Dalam khotbahnya, Romo Vin menjelaskan mengapa kita harus menghormati salib dengan mengajukan pertanyaan retoris: “Apakah salib itu patut dihormati? Apakah salib patut kita sembah?” Jawabannya tentu “Ya”, sebab di balik salib itu ada Allah yang sangat mengasihi manusia dengan mengorbankan Putra-Nya wafat di salib demi menebus dosa kita. Inilah bentuk tanda cinta dari Tuhan yang tanpa batas dan begitu dalam kepada kita.
Kita juga diminta untuk menjadikan Maria sebagai role model kita dalam memahami dan menghormati salib sebagai bentuk dalamnya cinta Allah kepada manusia. Dialah orang yang menyambut Yesus dari salib. Kita diajak untuk mengalami bersama-sama dengan Bunda Maria, agar kita mampu menyatukan seluruh salib kita. “Mintalah pendampingan Bunda Maria, agar kita mampu mengalami perjumpaan dengan Tuhan dan memperbarui diri meski dalam keadaan yang tidak menyenangkan,” pesan Romo Vin.
Ibadat berlangsung dengan sangat kondusif dan hikmat. Hal ini terjadi berkat dukungan dari para petugas tata laksana yang siap sedia membantu dan mengatur umat, juga kerja sama dari seluruh panitia serta seksi yang ikut andil dalam pelaksanaan ibadat kali ini. Umat juga sangat kooperatif dan tertib mengikuti arahan dan aturan yang disampaikan.
Suasana di Gedung Vincentius Putri juga sangat memadai, baik dari segi sound maupun tampilan gambar. Ibadat Jumat Agung sore ini juga diikuti oleh para lansia yang tetap semangat mengikuti ibadat dari Selasar GHKY. Suara dari gereja yang di-relay ke speaker di Vitri dan GHKY terdengar dengan jelas, bahkan di telinga para lansia.
Sempat ada seorang laki-laki yang tidak mengenakan atribut tanda pengenal apa pun terlihat memotret ibadat dengan kamera mirrorless. Ketika ditegur panitia, ternyata orang itu memang bukan umat Katolik dan memiliki identitas magang dari sebuah media BUMN. Sesuai kesepakatan Panitia Paskah, siapa pun yang tidak mengenakan atribut Komsos dilarang memotret/memvideokan ibadat dengan kamera. Maka, panitia pun dengan tegas meminta orang itu keluar dari gereja dan melaporkannya ke polisi yang menjaga di depan gereja.
Umat yang diwawancarai secara singkat memberikan respons yang baik untuk panitia karena pesiapan yang semakin baik dibanding ibadat sebelumnya. Terutama di Vitri, suara dan gambarnya sudah bagus dan jarang terjadi gangguan. Mereka sangat senang mengikuti ibadat dari sana.
Peliput: Jessica, Vero B.V., Belicia (Tim Komsos)
Tue Apr 29 2025 - webmaster