Gereja Katolik Paroki St Antonius Padua, Bidaracina
Menjelang Misa Vigili Paskah yang pertama (pukul 16.30), Sabtu, 19 April 2025, umat seperti biasa sudah mendatangi Gereja St. Antonius Padua, sejak siang. Dari laporan panitia, umat bahkan sudah datang sekitar pukul 13.30. Mereka terus berdatangan dan mengambil tempat duduk di dalam gereja sampai kondisi tempat duduk di dalam gereja penuh. Ini terjadi antara pukul 14.30 sampai pukul 15.00. Praktis, umat yang datang setelah jam tersebut diarahkan ke Vitri Ballroom dan juga Gedung Hati Kudus Yesus.
Ketika misa dimulai, Vitri Ballrom lantai 2 terisi 100%, sementara lantai 1 (basement) terisi sekitar 80%. Sementara itu, Lantai 4 GHKY terisi 100%, begitu juga lantai 1 (selasar GHKY). Banyaknya umat yang memenuhi kursi-kursi yang disediakan memang sudah diprediksi oleh panitia berdasarkan pengalaman Paskah tahun sebelumnya.
Pengamanan yang dilakukan oleh panitia tidak terlalu mencolok. Mereka hanya memeriksa tas umat yang memasuki gereja melalui pintu gerbang. Untuk misa kali ini, panitia juga menyediakan lilin yang nanti akan digunakan dalam misa. Berbeda dengan Jumat Agung dan Kamis Putih sebelumnya, petugas yang memeriksa tas umat di gerbang utama tidak lagi menggunakan meja, karena dua meja yang ada digunakan untuk menjual lilin.
Sementara itu, Tim Kesehatan yang berjaga di pos kesehatan dibantu oleh tenaga kesehatan dari Puskesmas Jatinegara sebanyak 4 orang, yaitu 1 dokter, 2 perawat, dan 1 driver. Mereka sudah diperbantukan sejak Kamis Putih, termasuk sebuah ambulans yang diparkir di depan Gedung Cura Animarum.
Keberadaan Tim Kesehatan ini sungguh vital karena untuk Vigili Paskah pertama ini ada setidaknya tiga tindakan medis yang diambil, di antaranya atas nama pasien bernama Diego, seorang misdinar yang pingsan ketika bertugas di lantai 2 Vitri Ballroom. Ia dibawa ke pos kesehatan dan sempat ditangani oleh tenaga medis di situ. Salah satu pasien lain mengalami semacam demam dengan gejala tangan panas dan tonsil memerah. Ia sempat dirawat di pos kesehatan setelah misa selesai. Yang seorang lagi adalah remaja laki-laki yang mengalami mimisan di GHKY.
Misa sendiri berjalan dengan khidmat dari awal sampai akhir. Dipimpin oleh Romo Vincentius Sri Herimanto, SCJ dan Romo Antonius Yuswito, SCJ, misa berjalan sekitar dua jam lebih. Cuaca yang cerah dan tidak terlalu panas mendukung pula jalannya misa. Walaupun tidak disiarkan secara livestreaming, gambar dan suara dari gereja diterima dengan jernih di GHKY dan Vitri Ballroom.
Dalam khotbahnya, Romo Vin menyebut bahwa sore hari itu adalah “sore yang penuh khidmat dan penuh harapan”. Dikatakan, “Gereja memulai dengan api baru dan air baru. Ini bukan hanya simbol, tetapi merupakan tanda bahwa kita sedang memasuki sesuatu yang sungguh baru: kebangkitan Kristus dan kebangkitan hidup kita bersama dia.”
“Sore hari ini kita tidak hanya mengenangkan Yesus yang bangkit, tetapi kita sungguh masuk dalam misteri kebangkitan itu. Kita seperti para wanita yang datang ke makam, dengan kasih dan kesetiaan mereka, dengan keberanian mereka. Tapi berbeda dengan mereka, kita tidak datang membawa rempah-rempah, karena memang kita tidak mencari yang mati, tetapi mencari yang hidup. Kita datang membawa hati yang rindu akan hidup baru. Kita datang untuk menyambut Kristus yang hidup yang hadir yang menerangi dunia kita.”
“Saat lilin dibawa masuk ke dalam gereja,” ungkap Romo Vin lagi, “kita menyaksikan gambaran yang kuat bagaimana terang kecil itu mengusir kegelapan, menyalakan satu per satu lilin kita, lilin umat, sampai seluruh gereja dipenuhi cahaya. Kita rasakan rasa romantisnya. Itulah suasana harmoni. Seperti itulah Kristus bekerja dalam hidup kita. Dia masuk ke dalam kegelapan dosa, ketakutan kita, dan luka-luka jiwa kita akibat dosa.”
Romo Vin menambahkan bahwa pembaruan janji baptis bukan sekadar ritual, tetapi pernyataan iman kita, bahwa kita mau hidup sebagai ciptaan baru, anak-anak Allah, murid Kristus yang sanggup hidup dengan kebangkitan Kristus. Baptisan bukan pintu masuk ke dalam kehidupan menggereja, melainkan adalah kelahiran kembali. Iman kita disegarkan, hati kita dibersihkan. Kita diundang untuk hidup bukan menurut kehidupan dunia, tetapi menurut semangat Kristus yang bangkit. “Maka, jika selama masa Prapaskah kita menahan diri, berpantang, berpuasa, bermati raga, sore ini kita dibebaskan untuk mencintai lebih dalam, memberi lebih murah hati, dan mengampuni dengan lebih luas,” ujarnya.
Ia juga berpesan: “Janganlah membiarkan terang Kristus hanya menyala saat ini saja. Bawalah terang itu pulang bersama Anda. Bawalah ke dalam rumah Anda, ke dalam pekerjaan Anda, ke dalam relasi Anda yang baru dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan keluarga, dengan masyarakat, dengan orang di sekitar.”
Selesai misa, umat berjalan dengan tertib menuju pintu keluar (yaitu gerbang di depan kompleks PA Vincetius). Wajah mereka tampak semringah dan rasa lelah yang mereka rasakan sepertinya terbayar tuntas karena dapat mengikuti Misa Vigili Paskah dengan khusyuk.
Peliput: Eko YAF (Tim Komsos)
Tue Apr 29 2025 - webmaster