Gereja Katolik Paroki St Antonius Padua, Bidaracina
Misa Kamis Putih ke-2 pukul 19.30 tetap dipenuhi oleh umat. Walaupun tidak sepenuh seperti misa pertama, umat sudah mendatangi kompleks Gereja St. Antonius Padua sejak sekitar satu jam sebelum misa dimulai. Ketiadaan tenda seperti pada perayaan Natal dan Paskah tahun-tahun lalu membuat halaman gereja tampak lebih luas dan terang. Tenda hanya dipasang di sekitar depan gerbang untuk pengecekan umat yang keluar-masuk. Satu tenda lagi dipasang di depan pintu utama gereja.
Setelah ruang dalam gereja penuh, oleh panitia dan tata laksana, umat diarahkan ke Vitri Ballroom dan Selasar Gedung Hati Kudus Yesus. Lantai 4 GHKY dikosongkan karena sedang dipersiapkan untuk ibadat tuguran seusai Misa Kamis Putih ke-2 ini. Suasana Selasar (Lantai 1) lumayan penuh, hanya tersisa beberapa baris kursi di belakang. Umat mengikuti misa dengan khidmat dan meriah melalui layar televisi yang terpasang di dinding dekat tangga masuk/lift gedung.
Misa malam ini dipimpin secara konselebrasi oleh Romo Antonius Yuswito, SCJ dan Romo Antonius Heruyono, SCJ. Tata laksana yang bertugas adalah dari Wilayah XI dan XII. Wilayah XI bertugas di Vitri Ballroom dan Wilayah XII di gereja. Mereka masing-masing berjumlah lebih dari 20 orang.
Di Vitri Ballroom, umat memenuhi aula utama (Lantai 2). Suasana dipenuhi oleh umat yang sebagian besar berpakaian nuansa putih. Di aula utama itu, umat juga menempati kursi-kursi tambahan di teras atas, di samping tangga dan toilet. Di bagian depan sebelah kiri, kursi disediakan bagi misdinar dan prodiakon untuk memudahkan pembagian komuni. Sementara itu, di Lantai 1, yaitu di basement atau tempat parkir, umat hanya memenuhi sekitar separuh kapasitas tempat duduk yang tersedia, tetapi tersebar di semua area kursi. Kondisi umat sedikit hening. Petugas talak cukup banyak yang berdiri di belakang. Ada anak yang berjoget dan banyak balita yang digendong.
Berbeda dengan misa sebelumnya, bisa dikatakan tidak ada kendala teknis terkait relay video dan audio misa dari gereja ke Vitri Ballroom. Umat bisa mengikuti misa melalui dua layar besar di Lantai 2 dan satu layar di Lantai 1. Video tertayang dengan lancar dan jernih. Suaranya pun terdengar dengan jelas.
Mengawali khotbahnya, Romo Heru menyapa umat di semua lokasi di dalam kompleks gereja: di dalam gereja, di Ballroom Vitri, dan di GHKY. “Untuk Bapak-Ibu yang ada di Gedung Vitri, semoga didengar di sana: selamat malam!” ucapnya. Umat di Vitri Ballroom pun serentak menjawab ucapan ini, meskipun Romo Heru sendiri yang ada di gereja pasti tidak bisa mendengarnya.
Romo Heru berterima kasih atas dukungan umat kepada para imam sembari menyinggung Misa Krisma yang baru diikuti oleh para imam Keuskupan Agung Jakarta di Katedral pada Kamis pagi tadi. “Terima kasih karena Bapak Ibu sekalian yang, dengan caranya masing-masing, telah mendukung kami semua untuk menjalankan atau menghidupi imamat yang telah kami terima. Dengan segala keterbatasan, kedosaan, dan kelemahan kami, Bapak-Ibu serta Saudara-saudari tetap memberikan dukungan, sehingga pelayanan kita bersama berjalan sesuai dengan kehendak dan rencana Tuhan.”
Romo Heru menyebut, Sakramen Ekaristi yang diberikan oleh Yesus pada Perjamuan Terakhir itu merupakan hadiah istimewa. “Tuhan Yesus menganugerahkan kenangan yang sungguh istimewa bagi kita semua. Kenangan ini yang kiranya menghantar untuk semakin masuk dalam misteri bersama dengan Tuhan kita. Ia mengatakan: ‘Inilah Tubuh-Ku, inilah Darah-Ku. Makanlah dan minumlah.’ Artinya, Yesus mau turun, mau menjadi manusia serendah-rendahnya, hadir dengan cara yang sederhana, dalam rupa roti dan anggur, dalam rupa yang barangkali menurut ukuran kita bukanlah sesuatu yang luar biasa, tetapi Yesus mau hadir dalam rupa roti dan anggur agar dekat dengan kita, sehingga kedekatan Tuhan dengan kita semua diharapkan membangun semangat, untuk semakin mampu meneladan Dia yang, walaupun sedemikian agung dan luhur, tetap mau menjadi pribadi yang sungguh sederhana di tengah kehidupan kita.”
Di samping Ekaristi sebagai warisan kepada kita, Yesus juga terjun langsung memberikan keteladanan yang istimewa. Dengan demikian, kalau kita merayakan Sakramen Ekaristi, merayakan syukur atas kehadiran Tuhan di tengah hidup kita, kita hendaknya juga dimampukan untuk terlibat dalam kehidupan nyata sebagaimana diwariskan Yesus dalam kehidupan kita bersama. Dia memberikan teladan untuk saling memperhatikan, yakni membasuh kaki, walaupun bagi bangsa Yahudi tradisi membasuh kaki biasanya dilakukan oleh para budak atau orang bawahan. “Ini sungguh amat luar biasa, memberikan teladan bagi siapa pun yang percaya kepada-Nya, sehingga keteladanan ini juga menjadi penyemangat bagi kita untuk semakin mencintai Ekaristi dan akhirnya kita semakin menjadi pribadi yang digerakkan oleh semangat Ekaristi dalam kehidupan nyata.”
Hal lain, menurut Romo Heru, Yesus sungguh mencintai orang-orang yang mengecewakan pelayanan-Nya. “Yesus tidak memusuhi Yudas, tetapi justru merangkulnya. Yesus tetap mencintainya meskipun Yudas mengkhianati-Nya. Kita pun diundang untuk selalu membangun semangat kasih dan sukacita bagi saudara kita yang barangkali melukai dan menjadi ganjalan bagi kita. Dengan demikian, kita diajak untuk menjadi pribadi-pribadi yang ekaristis, pribadi-pribadi yang mau bersyukur atas segala rahmat dan kebaikan Tuhan bagi kita bersama.”
Pembasuhan kaki berjalan khidmat dan selesai dengan cepat. Para “rasul” yang dibasuh kakinya adalah para pengurus seksi, di antaranya Ignatius Fajar Adhipratama (Seksi Kerasulan Keluarga), Yosep Isa Wisnu Wardana (Seksi Perencanaan dan Evaluasi), dan Fernando Andreas Senewe (Seksi Komunikasi Sosial). Berbeda dengan pengalaman beberapa tahun terakhir, hanya satu romo yang membasuh kaki, yaitu Romo Heru.
Setelah misa, umat mengikuti Romo dan para petugas liturgi yang berarak membawa Sakramen Maha Kudus ke Lantai 4 GHKY untuk mengikuti tuguran. Tuguran berjalan khusyuk. Pasangan Theodorus Adrian Widyarsa dan Wahjunyanti Gunawan, dengan gitarnya, mengiringi beberapa sesi pertama tuguran. Setelah itu, beberapa organis mengisi bagian musik dengan para petugas bergantian. Kelompok-kelompok kategorial yang mengisi tuguran adalah Komunitas Awam Dehonian, Komunitas Kerasulan Kerahiman Ilahi, Persekutuan Doa Pembaharuan Karismatik Katolik, dan Orang Muda Katolik. Beberapa wilayah, yaitu Wilayah III dan V mengisi sebagai petugas pemimpin tuguran. Kegiatan tuguran selesai sekitar pukul 24.00 WIB malam. Oleh Prodiakon Quirinus Aris Sri Subismo (yang memimpin doa tuguran dari Wilayah V), Sakramen Maha Kudus dibawa kembali ke gereja.
Peliput: Eko YAF, Francesco (Tim Komsos)
Tue Apr 29 2025 - webmaster