Header-Natal

Hari Minggu IV Prapaskah

Pandangan umum yang ada dibenak kita yakni orang baik dan benar selalu akan mendapatkan rahmat, ganjaran dari Tuhan, sementara orang berdosa akan dihukum oleh Tuhan.Kita juga sering mengaitkan penderitaan, sakit atau bencana itu sebagai hukuman Tuhan terhadap diri kita. Orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menganggap diri paling benar, suci dibandingkan orang lain dan selalu menyalahkan sesama.Mereka juga nyinyir atau berkomentar negatif terhaap Yesus yang beragul dengan pemungut cukai, orang berdosa b.”Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.”

Yesus hadir untuk menyatakan cinta Tuhan kepada semua orang. Ia membuka pandangan, pikiran dan mengoreksi cara hidup yang keliru. Ia memberikan perumpamaan anak sulung dan bungsu dalam keluarga untuk menyatakan situasi dan apa yang hidup dalam diri kita. Si bungsu minta bagian harta dari ayah dan pergi jauh meninggalkan keluarganya. Ada bahaya kelaparan, ia menjadi melarat dan tidak bisa hidup baik. Ia bekerja sebagai penjaga babi dan tidak mendapatkan hasil yang cukup. Ia sadar akan suasana rumah ayah yang jauh lebih baik,seorang upahan pun hidup layak. Maka ia bertobat dan diterima ayah dengan penuh sukacita.

Anak sulung selalu bekerja bersama ayah. Ia tidak suka dan marah ketikan adiknya kembali dan ayah menyambut dengan penuh sukacita dan dipestakan. Bagi anak sulung adiknya itu layak untuk dihukum. Namun ayah tetap menerima sebagai anak, diberi jubbah, dikenakan cincin dan disambut dengan pesta. Inilah suasana pertobatan yang kita alami. Kita tetap diterima sebagai anak oleh Tuhan, dikenakan kembali jubah kesucian yang kita hilangkan akibat dosa. Allah menerima kita pendosa yang bertobat ini penuh sukacita dan kegembiraan.

Sikap Allah sama untuk semua anak-Nya. Ia keluar menyongsong anak bungsu yang pulang ke rumah, menyambut dengan memeluk dan menciumnya. Ia tidak menghukum dan mengajak si bungsu masuk ke dalam rumah untuk berpesta. Ayah juga keluar menemui anak sulung yang marah dan tidak mau masuk. Ia menyadarkan bahwa anak sulung ini selalu bersama Bapa dan segala milik Bapa miliknya juga. Orang berdosa yang bertobat diterima Allah masuk dalam kebahagian abadi. Orang sombong yang menganggap diri benar dan suci tetapi tidak punya kasih kepada sesama, meskipun dicintai Allah namun dia tidak mau masuk dalam sukacita abadi bersama Bapa dan keluarga kudus.

Tuhan kami bersyukur atas cinta kasih-Mu untuk kami semua. Kami mudah jatuh dalam dosa. Namun kami percaya bahwa Engkau adalah Bapa yang baik, selalau menanti kami untuk bertobat dan kembali kepada-Mu. Kuatkanlah kami untuk selalu bertobat mana kala kami jatuh dalam dosa. Amin

Bidaracina 27 Maret 2022, Blasius Sumaryo SCJ