Header-Natal

Ketakautan sering menyertai dan menghantui hidup kita. Semua orang pernah mengalami ketakutan. Dalam ketakutan ini kita tidak bisa berbuat banyak dan berpikir jernih. Kita hanya merasa panik, gelisah dan berteriak-teriak minta bantuan dan pertolongan orang lain. Kita ingat akan Tuhan dan berteriak kepada-Nya jika menghadapi kesulitan atau ketakutan.

Para murida mengalami ketakutan karena hari sudah malam dan badai menerjang perahu meraka. Sumber ketakutan mereka adalah mengabaikan Tuhan yang hadir bersama mereka. “Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam.” Markus mengungkapkan cukup bagus dan jelas. Yesus bersama mereka tetapi tidak diberi tempat dan peran, tidak diajak berkomnikasi maka Ia tidur. Ia tidak berbuat sesuatu karena tidak diberi peran dalam kehidupan dan pergumulan para murid.

“Maka para murid membangunkan Yesus dan berkata kepada-Nya, Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?” Mereka membangunkan Yesus, berarti mereka berkomunikasi dengan Yesus yang hadir bersamanya dan memberi peran kepada-Nya. Karena diberi peran, maka “Yesus pun bangun, menghardik angina dan berkata kepada danau, Diam, Tenanglah! Lalu angin itu menjadi reda dan danau pun menjadi teduh sekali.”

Sering kita tidak memberi peran kepada Tuhan yang selalu hadir dan menyertai kita. Kita lupa berkomunikasi dengan Tuhan. Akibatnya kita mengalami kesulitan dan ketakutan. Kita baru berdoa mohon bantuan Tuhan dikala kita mengalami kesulitan. Dalam kesulitan kita baru ingat Tuhan dan berteriak mita tolong. “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Yesus menegur kita supaya selalu ingat akan kehadiran-Nya yang menyertai kita dan percaya kepada-Nya. Ketenangan membuat kita mampu berpikir jernih dan menyadari Tuhan yang menyertai kita. Kita mengandalkan Dia dan selalu berkomunikasi dalam doa yang hidup. Kita memberi tempat dan peran bagi Tuhan dalam kehidupan ini.

Tuhan Engkaulah andalan kami. Tinggallah bersama kami, terutama selagi kami menghadapi kesulitan. Berilah kami Roh Kebijaksanaan agar dapat menyadari kerapuhan kami, tekun menjada kesucian jiwa raga kami dan setia beriman kepada-Mu. Amin

Bidaracina 29 Januari 2022, Blasius Sumaryo SCJ