Pelayanan Digital - Seksi Komsos

Cuaca sore ini cerah dan tidak mendung, membuat para lansia dan umat berkebutuhan khusus (UBK) yang hendak menghadiri Misa Paskah Lansia dan UBK tidak terhalang oleh hujan. Para petugas semuanya menjalankan tugas dengan baik. Dengan ramah dan sigap mereka membantu oma-opa lansia saat memasuki gereja.

Umat yang belum lansia tampak sangat menghargai umat lansia yang sangat antusias mengikuti misa. Mereka memprioritaskan para lansia utk masuk lebih dahulu sehingga para oma-opa itu bisa menempati bangku-bangku gereja di bagian bawah. Bahkan, bisa dikatakan hampir seluruh bangku di lantai 1 gereja dipenuhi dengan lansia dan beberapa UBK, sedangkan yang masih muda-muda atau belum lansia menempati bangku-bangku di balkon.

Misa sore ini dipimpin oleh Romo Antonius Heruyono, SCJ dan Romo Cornelius Dwijo Sukarno, SCJ. Tidak seperti biasanya, kali ini yang memberikan homili adalah Romo Dwijo yang selalu tampil dengan blangkon khasnya.

Romo Dwijo memberikan pesan khusus untuk para lansia yang intinya, “Kita bukan tua, tapi kita senior. Kita sebagai senior harus tetap semangat. Bukan tentang semangat hidup melainkan semangat memberikan pelajaran hidup kepada junior-junior kita. Karena kita yang senior sudah merasakan apa yang mereka rasakan, tetapi mereka belum sempat merasakan apa yang kita rasakan. Jadi, kita harus memberikan ilmu kepada mereka. Jikalau sewaktu-waktu apa yang kita alami terjadi pada mereka, mereka bisa menghadapinya dan tahu cara mencari jalan keluarnya.”

Sedangkan, untuk para UBK, Romo Dwijo berpesan agar mereka jangan berkecil hati akan apa yang mereka miliki karena itu justru menjadi suatu kelebihan bagi mereka. Apa yang mereka punyai itu justru akan menjadi berkat atau bisa memberikan berkat bagi banyak orang. Tuhan pun menciptakan kita tidak ada yang kurang karena kita semua secitra dan serupa dengan Allah.

Romo Dwijo juga mengingatkan bahwa kebangkitan Yesus Kristus adalah inti iman Kristen—Kristus mengalahkan maut dan membawa harapan baru bagi umat manusia. Pada Minggu Paskah, kita merayakan kemenangan terang atas kegelapan, kasih Allah yang tak terbatas, dan janji kehidupan kekal bagi semua yang percaya kepada-Nya.

Yang spesial pada misa ini adalah adanya seorang translator bahasa isyarat karena misa ini diperuntukkan untuk umat disabilitas. Selain itu, sama seperti pada Misa Paskah Anak, Tim Komsos juga menyediakan fotografer yang siap memotret para umat di samping gereja (dekat pintu Porta Sancta) lalu hasil cetaknya dibagikan pada acara ramah tamah usai misa.

Yang berbeda lagi, karena tidak ada tenda di halaman gereja, acara ramah tamah bagi lansia dan UBK diadakan di GHKY Lantai 4. Panitia mengarahkan umat yang baru keluar gereja untuk tidak langsung pulang tetapi menuju GHKY untuk mengikuti acara yang telah disiapkan. Untuk memeriahkan dan mengajak umat menuju tempat acara, tim Senam Seroja menyambut mereka dengan flashmob yang menarik dan energik di depan GHKY.

Kehangatan dan kegembiraan pesta Paskah ini sangat terasa dalam acara hiburan yang disajikan di Lantai 4. Panitia menyediakan bubur ayam dan makanan-minuman lainnya. Dengan cekatan dan senyum ramah mereka mengantarkan makanan dan minuman hangat kepada setiap lansia dan UBK yang mengikuti acara.

Secara keseluruhan, terlepas dari beberapa kendala yang terjadi, Romo Heru sebagai romo paroki yang baru menjabat tahun ini berhasil mewujudkan pesta Paskah dengan nuansa baru, yaitu dengan mengadakan misa/ibadat Pekan Suci yang full indoor. Jadi, para umat Bidaracina tidak perlu khawatir kalau ketika perayaan sedang berlangsung tiba-tiba hujan turun. Tidak ada lagi tenda yang bocor dan halaman yang becek.

Terlebih, pada hari Minggu Paskah, Panitia Paskah terlihat sangat solid. Khususnya pada misa lansia dan UBK ini, panitia juga berhasil membuat para peserta misa merasa nyaman dengan pelayanan yang ramah dan tulus walaupun pastinya tubuh sudah sangat lelah. Ketulusan itu terasa oleh umat yang hadir sehingga mereka bisa merayakan Paskah dengan nyaman dan penuh sukacita.

Peliput: Agung, Karren (Tim Komsos)