Maria adalah pribadi yang tulus, rendah hati, suci dan terbuka pada bimbingan Tuhan. Malaekat Gabriel memberikan kabar gembira kepada Maria, bahkan Tuhan memilih dia menjadi ibu Yesus. “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia dihadapan Allah. Sesungguhnya, engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.”
Maria menggunakan akal budi dan bertanya bagaimana hal itu akan terlaksana. “Bagaimana hal itu terjadi karena aku belum bersuami?” Maria bertanya kepada Gabriel untuk memastikan bagaimana rencana Tuhan ini dapat terwujud dalam dirinya. Nalarnya berjalan, tidak mungkin dia mengandung karena belum bersumai. Ia cerdas, menggunakan akal budi, ingin kepastian sekaligus penuh iman kepercayaan dan pasrah kepada kehendak Allah.
Iman Maria membawa penyerahan diri kepada kehendak Allah untuk melaksanakan karya keselamatan. Maria tulus, rendah hati dan mempunyai sikap tunduk kepada Tuhan. Ia tetap sopan dan tidak sombong tampil dihadapan sesama. “Sesungguhnya, aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu.” Maria tetap rendah hati dan menyadari diri sebagai hamba Tuhan.
Sikap kita yang terbuka seperti Maria, tunduk dan ikut bimbingan Tuhan membuat karya Allah terjadi dalam diri kita. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Melaui teladan bunda Maria ini kita disadarkan bahwa setiap pribadi pasti mempunyai kesulitan serta menghadapi permasalahan hidup. Namun barang siapa terbuka, jujur, mengandalkan Tuhan pasti akan dibimbing dalam mengatasi tantangan dan kesulitannya. Selalu ada jalan keluar bagi kita yang percaya mengandalkan Tuhan.
Tuhan kami bersyukur Engkau telah memanggil dan memilih kami menjadi menjadi murid-Mu. Engkau juga menghendaki kami untuk turut serta ambil bagian dalam karya keselamatan-Mu. Semoga kami mengikuti teladan Maria yang mentaati kehendak-Mu dengan setia dan rendah hati. Amin
Bidaracina 20 Desember 2021, Blasius Sumaryo SCJ