Print

Dalam Gereja Katolik kita mengenal istilah transubstansi, yaitu perubahan roti (atau hosti) dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Yesus sendiri. Kita mengimani misteri  transubstansi yang terjadi dengan cara yang melampaui keterbatasan pengertian manusia. Penghayatan akan Yesus yang hadir dalam Hosti Kudus menjadi tanda iman persatuan antara Kristus dan umat-Nya. Kita tidak lagi berpusat kepada roti dan anggur, melainkan Kristus yang hadir dalam seluruh umat. Maka, tepatlah bahwa Ekaristi merupakan puncak perayaan iman bersama.

Dalam bacaan Injil hari ini, orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka. Mereka mempersoalkan pernyataan Yesus: “Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.” Keterbatasan pemahaman mereka mengenai istilah “daging” yang biasa mereka makan, menimbulkan penafsiran yang berbeda. Orang-orang Yahudi menginterpretasikan perkataan Yesus bahwa “daging” tersebut merupakan makanan yang dapat mengenyangkan perut mereka secara jasmaniah.

Kemudian, Yesus menambahkan: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.” Memang erat kaitannya antara makanan dan kehidupan, namun sabda Yesus ini bukan mengarah kepada pemenuhan ragawi, sebaliknya mengajak umat-Nya untuk lebih peka dan mengutamakan pemenuhan rohani. Tubuh yang Yesus berikan di kayu salib demi menebus dosa manusia menjadi tanda nyata bahwa daging dan darah-Nya sungguh tercurah. Yesus ingin membawa semua orang sampai pada persatuan iman berkat pengorbanan-Nya. Kematian Yesus justru menjadi awal kehidupan bagi manusia baru.

Tentulah pemahaman yang demikian tidak dapat begitu saja diterima mentah-mentah, dan tidak dapat dijelaskan secara gamblang. Dibutuhkan kesadaran akan iman bahwa pemberian Diri-Nya, Tubuh dan Darah-Nya sungguh nyata sebagai bukti totalitas cinta-Nya kepada manusia. Yesus ingin semua orang memperoleh rahmat pertobatan dan kelak hidup kekal bersama-Nya. Maka, dengan menyambut daging dan darah-Nya, atau dalam perayaan Ekaristi berupa roti dan anggur, secara nyata kita menerima karunia kehidupan bagi keselamatan jiwa kita.

Dari peristiwa transubstansi kita seakan diajak untuk menyadari peristiwa sakral tersebut. Artinya, sungguh menghadirkan kesadaran hati, pikiran, serta kehendak yang penuh pada Tubuh dan Darah Yesus yang ada di hadapan kita, dan kelak akan kita sambut kehadiran-Nya. Maka, baik jika kita meninjau kembali apa yang menjadi kebutuhan utama kita, apakah sekadar makanan yang memuaskan secara jasmani saja atau juga makanan rohani yang kelak membimbing kita sampai pada kehidupan yang kekal? Memang tidak salah jika kita memenuhi kebutuhan makanan duniawi, namun jangan sampai pemenuhan tersebut mengabaikan pemenuhan hati kita akan kerinduan dalam persatuan yang kekal bersama dengan Kristus.

Category: Katakese
Hits: 1651