Print

Dalam hidup bersama sering kita sering membuat penilaian terhadap sesama. Orang ini baik dan yang itu jahat. Dari penilaian ini muncul sikap suka dan tidak suka serta berpengaruh terhadap relasi hidup bersama. Tuhan mengungkapkan sikap-Nya menerima semua orang bahkan memanggil orang yang berdosa untuk bertobat. Karena itu dihadapan Tuhan kita tidak dapat menilai, menghaimi menyalahkan orang lain apa lagi mengucilkan mereka.

Orang Farisi dan ahli Taurat mengecap Levi sebagai orang berdosa yang tidak layak dijadikan sahabat dan harus dikucilkan dalam hidup bersama. Kita sadar bahwa Israel saat itu dibawah kekuasaan Romawi. Mereka memungut pajak dari bangsa Israel. Levi sebagai pemungut cukai dinilai berdosa karena bekerja untuk bangsa lain dan mereka mengucilkan Levi dalam kehidupan bersama.

“Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit! Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.” Orang Farisi dan ahli Taurat merasa diri paling benar, suci dan selalu menyalahkan orang lain, namun mereka tidak tahu dan mengenal sikap Tuhan. Dosa menghalangi hati kita bertemu dan menerima kehadiran Tuhan dalam,kehidupan ini.

Tuhan memanggil kita untuk bertobat. Perjumpaan Levi dengan Tuhan membuahkan kegembiraan, Ia menjamu Tuhan dan mengundang teman-temannya. Semua bertemu dengan Tuhan serta merasakan sukacita dan berbagi kebahagiaan. Dalam pantang dan puasa ini kita dipanggil untuk hidup bersama dan bersatu dengan Tuhan. Kita dipanggil untuk bertobat dan menuju pada kesempurnaan hidup dan cinta kasih.

Tuhan, hadirlah dalam keluarga kami. Bantulah kami semua memperbaiki hidup menuju pada kesempurnaan seperti yang Engkau kehendaki. Semoga hal ini menjadi kekuatan kami, agar mata dan hati kami selalu terbuka terhadap kesulitan dan keprihatinan sesama kami. Amin

Bidaracina 5 Maret 2022, Blasius Sumaryo SCJ

Category: Embun Sabda Padua
Hits: 1231